Senin, 25 Maret 2013

EKOSISTEM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Kelestarian ekosistem merupakan suatu hal yang harus selalu dipertahankan agar tercipta suatu keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup. Interaksi yang ditimbulkan dari makluk hidup terhadap alam, haruslah interaksi yang saling menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan apabila alam hanya selalu dimanfaatkan tanpa memperhatikan kelestarian ekosistem didalamnya, maka dikhawatirkan alam tidak lagi mampu menyediakan pemenuhan kebutuhan  makhluk hidup.
            Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal mempunyai potensi paling besar dibandingkan hewan ataupun makhluk lainnya dalam rangka mempertahankan ekosistem alam. Bahkan manusia mampu menciptakan ekosistem buatan sebagai alternatif baru dalam rangka mencukupi kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat. Meskipun keberadaan manusia dianggap sebagai mkhluk yang potensial dalam menjaga kelestarian ekosistem, namun tidak sedikit manusia yang hanya memanfaatkan kekayaan alam tetapi tidak memberikan timbale balik yang postif bagi alam. Hal yang demikian itulah yang sekarang ini menjadi masalah pelik yang sulit dipecahkan, bahkan keberadaan hutan sebagai paru-paru duniapun sekarang ini sudah mulai terancam kelestariannya karena adanya kebakaran ataupun penebangan liar.
            Terancamnya keberadaan ekosistem seharusnya mampu menggerakan manusia untuk mengembalikan hakikat dari alam, agar nantinya mampu menyediakan pemenuhan kebutuhan yang dapat dinikmati oleh anak cucu kita di massa mendatang. Kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem dapat dijaga, dan bencana yang terjadi dapat dikurangi, jika semua pemangku kepentingan bersama-sama berupaya untuk melestarikan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Pemangku kepentingan dalam hal ini adalah masyarakat luas antara lain penduduk, pemerintah, pemuka agama, industri, perguruan tinggi, sekolah, aparat penegak hukum, dan lembaga swadaya masyarakat. Perlu juga dipahami, bahwa dalam suatu daerah aliran sungai, keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir tidak dapat diabaikan karena kondisi daerah hulu akan berpengaruh terhadap kondisi daerah hilir terkait dengan masalah banjir.
             Untuk itu sinergi antara daerah hulu dan daerah hilir suatu daerah aliran sungai merupakan faktor penting dalam pengelolaan lingkungan sehingga bencana akibat ketidakseimbangan ekosistem dapat dikurangi. Selain itu, mendidik masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem harus dilakukan tanpa henti, dan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan pendekatan ilmiah, pendekatan kultural dan pendekatan religius. Pendekatan ilmiah dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Sedangkan pendekatan kultural dan religius akan efektif untuk mendidik masyarakat awam yang kurang berpendidikan untuk memahami fungsi ekosistem dan lingkungan serta pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangannya. Di Indonesia banyak kesenian tradisional yang masih disukai oleh penduduk terutama di pedesaan dan rakyat kecil, seperti kesenian kethoprak, lenong, dan wayang yang bisa dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan pesan tentang pelestarian lingkungan dan ekosistem (Pudyastuti, 2005). Peran pemuka agama yang didukung oleh akademisi juga sangat penting untuk menyampaikan pesan tentang pelestarian lingkungan dan ekosistem dalam perspektif agama. Jika kita ingin kejadian bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di negeri ini berkurang, maka mulai detik ini juga seharusnya kita semua berpartisipasi untuk melestarikan lingkungan, serta memahami sekaligus melindungi struktur dan fungsi dari ekosistem sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan yang berkelanjutan.


B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang ada dapat dijabarkan sebagai berikut             :
1.      Apakah arti penting ekosistem bagi manusia ?
2.      Apa saja komponen penyusun ekosistem itu ?
3.      Apa sajakah macam-macam ekosistem itu ?
4.      Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pelestarian ekosistem pada alam ?

C.    Tujuan Penulisan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut             :
1.      Menjelaskan arti penting ekosistem bagi manusia.
2.      Menjelaskan rincian-rincian komponen penyusun ekosistem.
3.      Menjelaskan macam-macam ekosistem.
4.      Menganalisis factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan ekosistem di alam.

D.    Manfaat Penulisan
           Data serta informasi yang diperoleh dari hasil penulisan yang berhubungan dengan masalah tersebut, diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang dimaksud :
1.      Bagi Pembaca
Hasil penulisan ini akan memberikan informasi serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat mengenai pelestarian ekosistem, bagaimana cara menjaganya agar tetap lestari sehingga mampu menyediakan pemenuhan kebutuhan manusia dan makhluk lainnya baik di massa sekarang maupun dimassa yang akan dating. Selain itu dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui macam-macam ekosistem yang tersedia di alam dan mensyukuri keberadaannya.

2.      Bagi Penulis
Penulisan makalah ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan mengenai seluk beluk ekosistem, fungsinya bagi penyedia kebutuhan serta macam-macam ekosistem yang wajib untuk selalu dijaga dan dilestarikan, sehingga akan menimbulkan keseimbangan yang positif diantara alam dan pemanfaatnya yaitu manusia dan makhluk hidup lainnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti  Penting Ekosistem Bagi Manusia
            Secara sederhana ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
            Manusia mendapatkan banyak manfaat dari jasa yang diberikan oleh ekosistem yang meliputi jasa penyediaan, jasa pengaturan, dan jasa kultural. Jasa penyediaan oleh ekosistem adalah produk yang diperoleh dari ekosistem seperti makanan, serat, bahan bakar, obat-obatan alami, sumber air, dan biokimia. Sedangkan jasa pengaturan oleh ekosistem antara lain adalah pengaturan aliran air pada sistem sungai melalui proses limpasan dan pengisian kembali cekungan air tanah. Jika suatu ekosistem sungai tidak dipelihara dengan baik, maka fungsinya akan terganggu, sehingga akan mengurangi service yang diberikan dan akan mengubah respon terhadap regim aliran sungai yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kapasitas penampungan air. Sebagai contoh, suatu bantaran sungai yang sudah beralih fungsi menjadi tempat sampah atau pemukiman akan mengurangi kapasitas penampungan sungai tersebut, sehingga tidak bisa lagi berfungsi untuk mengalirkan air saat debit puncak pada musim hujan.
            Hal ini juga berlaku untuk ekosistem hutan dan ekosistem pantai. Suatu ekosistem pantai yang terdiri dari hutan bakau dan terumbu karang yang terpelihara dengan baik memberikan jasa berupa pengaturan intensitas dan pengurangan resiko kerusakan akibat bencana gelombang pasang. Hutan yang terjaga dengan baik di hulu suatu daerah aliran sungai akan memberikan jasa berupa pengurangan resiko bencana tanah longsor di daerah tersebut dan berfungsi sebagai daerah resapan air. Pada kenyataannya beberapa hal seperti pertumbuhan penduduk, kemiskinan, budaya konsumerisme, pengembangan pertanian intensif, industrialisasi, urbanisasi, pengembangan infrastruktur transportasi, dan pengembangan pariwisata yang semuanya terkait dengan aspek sosial-ekonomi yang dilakukan oleh manusia menyebabkan kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem. Ketika kerusakan lingkungan meluas dan ekosistem sudah tidak lagi seimbang, maka bencana pun tak terelakkan, dan yang paling menderita adalah manusia. Untuk itu sinergi antara daerah hulu dan daerah hilir suatu daerah aliran sungai merupakan faktor penting dalam pengelolaan lingkungan sehingga bencana akibat ketidakseimbangan ekosistem dapat dikurangi.
B.     Komponen Penyusun Ekosistem
            Kelangsungan ekosistem di bumi tidak lepas dari adanya komponen-komponen yang membentuknya. Komponen inilah yang menjadi bagian penting dari ekosistem sehingga tetap lestari menjadi satu kesatuan yang dapat menimbulkan hubungan positif antara makhluk hidup dengan alam. Komponen ekosistem terdiri dari komponen yang hidup (biotic) dan komponen tak hidup (abiotik).
1.      Komponen Biotik
Manusia, hewan, dan tumbuhan termasuk komponen biotik yang terdapat dalam suatu ekosistem. Komponen biotik di bedakan menjadi 3 golongan yaitu: autrotof, heterotrof, dan dekomposer.
a)      Komponen autotrof        (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan) atau produsen.        
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b)      Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan) atau konsumen.     
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c)      Pengurai (dekomposer) 
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
2.      Komponen Abiotik
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

C.    Macam-macam Ekosistem
            Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
1.   Ekosistem Darat 
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma. Bioma-bioma yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.       Bioma gurun        
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
b.      Bioma padang rumput     
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
c.       Bioma Hutan Basah         
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
d.      Bioma hutan gugur          
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
e.       Bioma taiga          
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
f.        Bioma tundra      
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.  Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

2.   Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan dibagi atas ekosistem air tawar dan air laut, dimana dapat dijabarkan sebagai berikut     :
a.       Ekosistem Air Tawar         
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.      
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut  :
*     Adaptasi tumbuhan    
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
*     Adaptasi hewan         
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.



http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7e-1.jpg

            Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
                                      Gbr. Berbagai Organisme Air Tawar          
                                          Berdasarkan Cara Hidupnya
*     Ekosistem Air Tawar Tenang 
1.      Danau          
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut   :
a.    Daerah litoral     
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
b.    Daerah limnetik  
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk   Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c.    Daerah profundal           
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d.   Daerah bentik     
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7e-2.jpg 
Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

*     Ekosistem Air Mengalir
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.  Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.  Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
b. Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. Dimana telah dijabarkan sebagai berikut:
*  Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut        :
1.   Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2.   Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
3.   Batial yaitu daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
4.   Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari
pantai (1.500-10.000 m).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut  :
1.      Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
2.      Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
3.      Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4.      Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5.      Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
            Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
*  Ekosistem pantai         
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut   :
1.   Formasi pes caprae           
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2.   Formasi baringtonia          
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
1.   Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.  Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
2.   Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlangsungan Ekosistem
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan dan kelestarian ekosistem, seperti halnya manusia alam juga membutuhkan suhu, iklim, maupun kelembaban yang sesuai. Dalam perkembangan ilmu alam, ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi ekosistem baik alamnya maupun makhluk hidup yang ada di dalamnya. Factor yang dimaksud adalah faktor biotik dan abiotik.
1.      Faktor abiotik       
Faktor abiotik merupakan faktor yang bersifat tidak hidup (non hayati), meliputi faktor-faktor iklim atau klimatik (suhu, cahaya, tekanan udara, kelembaban, angin, curah hujan), dan faktor-faktor tanah atau edafik (jenis tanah, struktur dan tekstur tanah, derajat keasaman atapun pH, kandungan mineral dan air, serta dalamnya permukaan air tanah). Masing-masing faktor tersebut dapat menjadi penentu kelestarian sebuah ekosistem, karena dengan adanya suhu, cahaya dan lain sebgainya, suatu ekosistem dapat menyeimbangkan diri dan menyesuaikan diri. Melalui factor abiotik pula dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup. Faktor abiotik bersifat saling berkaitan dan tidak satu pun bekerja sendiri-sendiri. Factor abiotik yang dapat mempengaruhi suatu ekosistem, dapat dijelaskan sebagai berikut  :
*     Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara, tanah, dan air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu tertentu. Suhu juga mempengaruhi perkembangbiakan makhluk hidup. Contohnya, beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju ke daerah yang suhunya sesuai untuk berkembang biak.
*     Cahaya
Sinar matahari menyediakan energi cahaya yang digunakan tumbuhan dalam fotosintesa, tetapi juga menghangatkan lingkungan hidup dan menaikkan suhu air. Selanjutnya akan terjadi penguapan, dan setelah terjadi proses kondensasi dapat turun ke bumi dalam bentuk hujan dan salju. Cahaya matahari terdiri dari beberapa macam panjang gelombang. Panjang gelombang, intensitas cahaya, dan lama penyinaran cahaya matahari berperan dalam kehidupan makhluk hidup. Misalnya tumbuhan memerlukan cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk proses fotosintesis.
*     Air
Air merupakan pelarut mineral-mineral tanah sangat penting bagi tumbuhan dan keperluan dalam tubuh hewan, serta sebagai medium bagi makhluk hidup hidup. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di alam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air.
*     Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang diperlukan setiap maklhuk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh, cendawan dan cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
*     Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, diantaranya nitrogen (78.09%), oksigen (20.93%), karbon dioksida (0.03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk hidup untuk bernafas, sedangkan karbondioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.
*     Garam-Garam Mineral  
Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen, fosfat, sulfur, kalsium, dan natrium. Komposisi garam-garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air. Contohnya kandungan ion-ion hidrogen menentukan tingkat keasaman, sedangkan kandungan ion natrium dan klorida di air menentukan tingkat salinitas (kadar garam). Tumbuhan mengambil garam-garam mineral (unsur hara) dari tanah dan air untuk proses fotosintesis.
*     Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup tersebut antara lain di dasar perairan, di bawah bebatuan, atau di dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah sebabnya pada tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang khas dan tidak dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal dengan istilah habitat.
          Untuk melakukan berbagai aktivitas hidupnya, setiap makluk hidup membutuhkan energi dan nutrien. Kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai proses yang dapat menentukan kedudukan mereka dalam suatu ekosisitem. Dalam hal ini, makhluk hidup dapat berperan sebagai produsen, konsumen, dekomposer, predator, mangsa, parasit, atau pesaing. Masing-masing makhluk hidup dengan peranannya yang berbeda-beda secara bersama-sama dengan lingkungan abiotiknya akan membentuk suatu relung ekologi. Istilah relung (niche) dalam ekologi dapat diartikan sebagai tempat atau cara hidup. Relung ekologi setiap spesies meliputi semua macam hubungan antara spesies dengan lingkungannya. Contohnya tikus sawah yang dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya struktur, air, dan iklim di sawah. Sebaliknya tikus sawah juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan membuat lubang-lubang di pematang sawah tempat berlindung dan menyembunyikan makanan. Cara hidup tikus sawah tersebut tidak akan dapat berlangsung di daerah padang pasir atau habitat lainnya. Setiap spesies memerlukan habitat yang sesuai dengan cara hidupnya. Dengan demikian, relung ekologi merupakan cara hidup suatu makhluk hidup pada suatu habitat.
2.      Faktor Biotik
            Komponen biotik terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, cendawan, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata serta manusia. Komponen biotic ini dapat pula menjadi factor penting sebuah kelestarian ekosistem. Setiap komponen biotik memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan komponen biotik lainnya dan komponen abiotik. Misalnya tumbuhan hijau melakukan fotosintesis untuk memperoleh makan, herbivora memakan tumbuhan, dan mikroorganisme menguraikan sisa-sisa tumbuhan serta hewan untuk memperoleh energi. Berdasarkan fungsinya, komponen biotik dapat dibedakan atas :          
*     Produsen (berklorofil = autotrof) 
*     Konsumen (heterotrof), terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1.      Konsumen primer (hewan herbivora).      
2.      Konsumen sekunder (hewan yang makan hewan herbivora).
3.      Konsumen tersier (hewan karnivora).      
*  Pengurai (dekomposer: bakteri, cendawan).        
Produsen adalah makhluk hidup yang menyusun senyawa organik atau membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Makhluk hidup yang tergolong produsen, meliputi makhluk hidup yang melakukan fotosintesis (tumbuhan, bakteri fotosintesis, ganggang hijau, ganggang hijau-biru). Konsumen (makhluk hidup heterotrof) adalah makhluk hidup yang tidak mampu menyusun senyawa organik atau membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, makhluk hidup ini bergantung pada makhluk hidup lain. Hewan dan manusia tergolong sebagai konsumen.         
Dekomposer atau detritivora (pengurai) merupakan makhluk hidup yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup mati untuk memperoleh makanan atau bahan organik yang diperlukan. Penguraian memungkinkan zat-zat organik yang kompleks terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana dan dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Makhluk hidup yang termasuk dekomposer adalah bakteri, cendawan, cacing, beberapa jenis rodent dan serangga tanah.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
*     Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
*     Komponen ekosistem terdiri dari komponen yang hidup (biotic) dan komponen tak hidup (abiotik).
*     Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
*     Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan dan kelestarian ekosistem adalah factor biotic dan abiotik.




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem


DAFTAR PUSTAKA

. Ekosistem”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem (diakses tanggal 9 November 2011)
. Ekosistem”. http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Biologi/Materi:Ekosistem (diakses tanggal 9 November 2011)
. Ekosistem”. http://pengertianekosistem.blogspot.com/ (diakses tanggal 9 November 2011)
. Ekosistem”. http://hend-learning.blogspot.com/2009/05/ekosistem.html (diakses tanggal 9 November 2011)

 

0 komentar:

Posting Komentar