Soal
1.
Paham
multikultural di Australia berkaitan dengan perkembangan politik di negara
tersebut. Coba saudara jelaskan bagaimana kondisi pendidikan multikultural di
Australia saat ini!
2.
Di
negara Jerman, banyak sekali imigran pekerja yang berasal dari negara-negara
disekitarnya dan negara Turki merupakan negara yang paling banyak men-supplay
kaum pekerja khususnya yang beragama Islam. Dengan kondisi demikian, menurut
saudara apakah kebijakan multikulturalisme di Jerman sudah tepat? Jelaskan
pendapat saudara berikut argumennya!
3.
Amerika
Serikat merupakan negara yang mengaku pemerintahannya sangat demokratis.
Menurut saudara, apakah kebijakan multikulturalisme atau pendidikan
multikultural di Amerika Serikat sejauh ini sudah sudah tepat dan sesuai dengan
prinsip-prinsip negara demokrasi ? jelaskan pendapat saudara berikut
argumennya!
Jawab
- Kondisi pendidikan multikultural di Australia saat ini sesuai dengan keadaan politik yang dianut. Sekarang, Australia dipimpin oleh partai buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri Julia Eileen Gillard. Pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat dibedakan tiga fase perkembangan yaitu dari politik pasif ke arah asimilasi aktif (1945-1972), pendidikan untuk kaum migran bersifat pasif. Artinya anak kaum imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada. Karena ada kesulitan dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak imigran diberikanlah bantuan laboratorium bahasa. Hingga tahun 1970-an kurikulum masih terpusat hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis Australia. Kedua, dari pendidikan imigran ke Pendidikan Multikultural (1972-1986) semua propinsi di Australia telah mengadopsi kebijakan Pendidikan Multikultural. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : “ Di dalam masyarakat multi budaya, masing-masing orang memiliki hak atas integritas budaya; memiliki citra diri yang positif (a positif self image), dan untuk pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Masing-masing orang tidak hanya harus menyatakan perasaan yang psitif terhadap warisan budayanya sendiri tetapi juga harus mengalami seperti perasaan terhadap warisan budaya orang lain.” Tujuan Pendidikan Multikultural adalah:
a.
Pengertian
dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya di
dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropah.
b.
Menemukan
kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun
Australia.Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku,
kepercayaan, nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
c.
Tingkah
laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
d.
Memperluas
kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai identitas
nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam masyarakat
multi budaya Australia.
Program Pendidikan
Multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua,
pendidikan “community language” yaitu bahasa yang digunakan di dalam suatu
masyarakat tertentu. Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan Multikultural
(1986-1993). Yaitu adanya bantuan dana dan masuknya Asian Studies Program yang
berisi bahasa Asia dan kebudayaannya. Bahkan informasi terakhir pelajaran
Bahasa Indonesia sudah dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar. Dewasa ini
hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan Pendidikan Multikultural.
Pendidikan
Multikultural Australia mempunyai wajah yang spesifik. Kebijakan imigrasi dan
masalah etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat. Ada pakar
yang berpendapat bahwa Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan
multi kultur dalam arti Australia lebih bercorak Anglo Saxon yang menerima
kebhinekaan selama tidak mengganggu atau mengubah gaya hidup masyarakat Anglo
Saxon tersebut.
- Menurut saya, kebijakan yang dibuat oleh negara Jerman terhadap imigran pekerja sudah sesuai. Akan tetapi, dalam menjalankannya belum bisa berjalan dengan maksimal, masih terjadi problema. Dikutip dari Republika.co.id bahwa Perdana Menteri Jerman Angela Merkel mengakui multikulturalisme di negaranya telah gagal, namun tanpa menyebutkan penjelasan pasti alasannya. Kemungkinan ada beberapa imigran yang tak bersedia integrasi dengan masyarakat Jerman. Ada 4 kebijakan multikultural di Jerman, yaitu:
Kebijakan
Separatisme. Kebijakan ini berlaku bagi golongan-golongan minoritas yang sdh
berabad-abad tinggal di Jerman. Mereka dilindungi oleh UU khusus dan dapat
menyelenggarakan pendidikannya menurut kebudayaan golongan minoritas ini. Contohnya:
imigran Turki dapat membangun sekolah khusus untuk orang-orang Turki.
Kebijakan
asimilasi. Kebijakan ini bertujuan agar anak-anak dari orang asing tersebut
dapat menyesuaikan diri atau berasimilasi dengan masy Jerman.
Kebijakan
kerja sama. Kebijakan ini mengakui adanya golongan-golongan minoritas yang
mempunyai kebudayaan-kebudayaan tertentu. Mrk dihormati sepanjang tidak
mengganggu ketenteraman kehidupan masyarakat umum. Terkenal pendidikan yang
disebut intercultural education.
Kebijakan
Uni Eropa. Dengan lahirnya Uni Eropa muncullah pendidikan yang menjembatani
perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat Eropa.
Pendidikan multikultural di Jerman belum
begitu berkembang dan pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Ada
kekhawatiran akan munculnya kembali nasionalisme sempit dan rasisme.
- Menurut saya, kebijakan multikultural yang sedang dijalankan Amerika sudah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena sejak konsep pendidikan multikultural paling awal muncul tahun 1960-an yang pertama kali dikemukakan oleh Banks yang pada saat itu dilakukan oleh Amerika Serikat. Konsep pendidikan multikultural lebih pada supremasi kulit putih di Amerika Serikat dan diskriminasi yang dialami kulit hitam (Murrell P.,1999). Pendidikan multikultural berkembang di dalam masyarakat Amerika bersifat antarbudaya etnis yang besar, yaitu budaya antarbangsa. Terdapat empat jenis dan faseperkembangan pendidikan multikultural di Amerika (Banks, 2004: 4), yaitu: (1) pendidikan yang bersifat segregasi yang memberi hak berbeda antara kulit putih dan kulitberwarna terutama terhadap kualitas pendidikan; (2) pendidikan menurut konsep Salad Bowl, di mana masing-masing kelompok etnis berdiri sendiri, mereka hidup bersama-sama sepanjang yang satu tidak mengganggu kelompok yang lain; (3) konsep melting pot, di dalam konsep ini masing-masing kelompok etnis dengan budayanya sendiri menyadari adanya perbedaan antara sesamanya. Namun dengan menyadari adanya perbedaan-perbedaan tersebut, mereka dapat membina hidup bersama. Meskipun masing-masing kelompok tersebut mempertahankan bahasa serta unsur-unsur budayanya tetapi apabila perlu unsur-unsur budaya yang berbeda-beda tersebut ditinggalkan demi untuk menciptakan persatuan kehidupan sosial yang berorientasi sebagai warga negara Amerika Serikat. Kepentingan negara di atas kepentingan kelompok, ras, dan budaya; (4) pendidikan multikultural melahirkan suatu pedagogik baru serta pandangan baru mengenai praksispendidikan yang memberikan kesempatan serta penghargaan yang sama terhadap semua anak tanpa membedakan asal usul serta agamanya. Dilihat dari sejarahnya yaitu sebagai berikut :
Sejak Columbus menemukan benua Amerika,
berbagai macam bangsa telah menempati benua itu. Penduduk yang sudah berada di
sana sebelum bangsa-bangsa Eropa membentuk koloni-koloni mereka di Amerika
Utara, terdiri dari berbagai macam suku yang berbeda-beda bahasa dan budayanya.
Tetapi di mata bangsa Anglo-Saxson yang menyebarkan koloni di abad ke-17, tanah
di Negara baru itu ada kawasan tak bertuan dan bangsa-bangsa yang ditemui di
benua baru itu tak lebih dari makhluk primitif yang merupakan bagian dari alam
yang mesti ditaklukkan. Dari perspektif kaum Puritan yang menjadi acuan utama
sebagian besar pendatang dari Inggris tersebut, berbagai suku bangsa yang
dilabel secara generik dengan nama "Indian" adalah bangsa kafir
pemuja dewa yang membahayakan kehidupan komunitas berbasis agama tersebut. Di
sini terlihat bagaimana pandangan berperspektif tunggal yang datang dari budaya
tertentu membutakan mata terhadap kenyataan keragaman yang ada.
Amerika Serikat ketika ingin membentuk
masyarakat baru-pasca kemerdekaannya (4 Juli 1776) baru disadari bahwa
masyarakatnya terdiri dari berbagai ras dan asal negara yang berbeda. Oleh
karena itu, dalam hal ini Amerika mencoba mencari terobosan baru yaitu dengan
menempuh strategi menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan
nilai-nilai baru yang dicita-citakan. Melalui pendekatan inilah, dari SD sampai
Perguruan Tinggi, Amerika Serikat berhasil membentuk bangsanya yang dalam
perkembangannya melampaui masyarakat induknya yaitu Eropa. Kaitannya dengan
nilai-nilai kebudayaan yang perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem
pendidikan pada suatu masyarakat, maka Amerika Serikat memakai sistem demokrasi
dalam pendidikan yang dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi
tidak hanya diperuntukkan untuk kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai
kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat. Contoh nyata yaitu
terpilihnya Presiden berkulit hitam, Barack Obama yang merupakan keturunan
campuran antara kulit hitam dan kulit putih; selain itu, Oprah Winfrey, seorang
wanita berkulit hitam yang sukses berkarier di dunia entertaiment Amerika
Serikat dengan pengahsilan yang tinggi.
Sumber
:
slide
ppt pendidikan multikultural
0 komentar:
Posting Komentar