Minggu, 24 Maret 2013

PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA KETOPRAK DI SOLO



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara bisa dikatakan sudah mulai mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju memang harapan semua masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut. Mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, bahkan budaya sekalipun, itu semua karena pengaruh dari globalisasi.
Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan sendiri, yaitu teknologi yang semakin canggih,  kemajuan alat transportasi dan ilmu pengetahuan lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi ini, banyak budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya tersebut, banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya tradisionalnya. Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya tradisional menurun.
Itu semua menyebabkan keberadaan budaya tradisional di negara kita mulai memprihatinkan. Dahulu, budaya tradisional di negara kita tak terhitung jumlahnya karena begitu banyak ragamnya,  mulai dari tarian tradisional, bahasa tradisional, alat musik tradisional, dan masih banyak lagi.   Contohnya saja di daerah Solo yang masih ada keraton peninggalan zaman kerajaan dahulu, terdapat budaya ketoprak, salah satunya ketoprak di balekambang. Akan tetapi,  sekarang budaya tradisional di negara kita sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Jarang sekali sekarang kita temui ada anak muda yang mau untuk memperhatikan kebudayaan tradisional negaranya, itu semua karena anggapan mereka tentang kebudayaan tradisional salah. Sehingga mereka malu untuk mengakui jika kebudayaan tadisional adalah kebuadayaan mereka.
Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai budaya tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan kita akan jauh lebih terkikis. Oleh karenanya, sebelum itu semua terjadi, kita sebagai para generasi muda harus berani memperjuangkan kembali kebudayaan tradisional yang sudah nenek moyang kita wariskan kepada kita.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana dampak perkembangan globalisasi terhadap kesenian ketoprak di Solo?
2.      Bagaimana cara mengantisipasi pengaruh globalisasi terhadap budaya, seperti ketoprak di Solo?

C.  Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan bagaimana dampak perkembangan globalisasi terhadap kesenian ketoprak di Solo.
2.      Untuk mendeskripsikan bagaimana cara mengantisipasi pengaruh globalisasi terhadap budaya, seperti ketoprak di Solo.







BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sekilas tentang Globalisasi
1.      Definisi Global dan Globalisasi
Kata global berarti universal atau internasional. Global artinya sejagat. Jadi, globalisasi maksudnya adalah universalisasi atau internasionalisasi. Globalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia. Ada beberapa pengertian globalisasi, yaitu:
a.       Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
b.      Globalisasi didefinisikan sebagai “proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.”
c.       Globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, dan informasi yang bisa membawabagian-bagian dunia yang jauh dapat dijangkau dengan mudah. Kini dunia ini seolah-olah tanpa memiliki batas-batas wilayah yang jelas.
d.      Era globalisasi merupakan era teknologi informasi dan telekomunikasi, yang tidak ada batas lagi ruang dan waktu antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya. Demikian pula, majunya teknologi transportasi menyebabkan mobilitas manusia yang tinggi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi sebagai sebuah perubahan sosial sebenarnya telah berlangsung lama. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan ke arah kemajuan. Perkembangan dan perubahan itu terutama disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Konsep globalisasi dapat dilihat sebagai deskripsi dan preskripsi (Kalidjernih, 2008). Dikatakan bahwa sebagai deskripsi, “refers to the widening and deepening of the international flows of trade, capital, technology, and information within a single integrated global market”. Sedangkan sebagai preskripsi,  involves the liberalization of national and global markets in the belief that free flows of trade, capital and information will produce the best outcome for growth and human welfare”. Logde dan Machmud (2008) menyatakan globalisasi sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling berhubungan dalam satu aspek kehidupan baik dalam budaya, ekonomi, politik, tekhnologi, maupun lingkungan. Sedangkan dalam kamus Wikipedia, globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
2.      Isu-Isu Global dan Dampak Globalisasi 
Menurut Malcolm Waters (1995) ada tiga dimensi utama globalisasi yaitu economics globalization, political globalization, dan cultural globalization.
a.       Globalisasi di bidang ekonomi
Dalam bidang ekonomi ada tuntutan dunia yang berupa perdagangan internasional tanpa hambatan batas-batas negara (eksport dan import ). 
Menurut Tantri Abeng perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi meliputi :
*    Globalisasi produksi
*    Globalisasi pembiayaan
*    Globalisasi tenaga kerja
*    Globalisasi jaringan informasi
*    Globalisasi perdagangan
Issu mengenai globalisasi dibidang ekonomi ini semakin marak setelah disetujui dan di tandatangani kesepakatan GATT-Putaran Uruguay oleh 122 negara anggota di Marakesh.
b.        Globalisasi di bidang politik
Globalisasi di bidang politik telah mempengaruhi dalam hal pengaturan konsentrasi dan kekuasaan negara. Di era global ini, globalisasi di bidang politik telah memunculkan isu-isu global seperti demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup dan masalah kemanusiaan. Disamping itu, isu-isu politik global semakin bertambah, antara lain: masalah gender dan kesetaraan, masalah anak dan pekerja anak, dan terorisme internasional.
c.       Globalisasi di bidang budaya
Globalisasi merupakan sebuah proses kebudayaan, dimana ada kecenderungan wilayah-wilayah di dunia menjadi satu format dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini ditandai terjadinya perubahan sistem nilai sosial budaya dalam negara berkembang. Isu global yang muncul akibat globalisasi di bidang budaya, misalnya:
*   Modernitas yang menghasilkan gaya hidup global yang kurang lebih bersifat sama.
*   Konsumerisme melalui bentuk-bentuk instant yang sifatnya “siap saji”.
*   Kebebasan berekspresi baik melalui seni dan penampilan dalam perilaku.
*   Gaya hidup materialisme.
*   Munculnya orang kaya baru (OKB).
Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif, yaitu:
a.       Dampak positif globalisasi
*      Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia berinteraksi;
*      Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat manuasia untuk berhubungan dengan manusia lain;
*      Kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi meningkatkan efisiensi.
b.      Dampak negatif globalisasi
*      Masuknya nilai budaya luar akan menghilangkan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan identitas suatu bangsa.
*      Eksploitasi alam dan sumber daya lain akan memuncak karena kebutuhan semakin besar.
*      Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai-nilai konsulmerisme dan individual yang menggeser nilai-nilai sosial masyarakat.
*      Terjadi dehumanisasi, yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.

B.     Perkembangan Ketoprak
1.      Definisi Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan. Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
2.      Sejarah Ketoprak
Kesenian ketoprak berkembang mendekati kesenian wayang yang selama ini mempengaruhi kebudayaan masa di Indonesia (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Hatley, seorang sarjana Australia yang baru-baru ini meneliti tentang ketoprak telah menulis bahwa sejak awal berdirinya ketoprak adalah sebuah hiburan populer dari wong cilik yang sedang berhadapan dengan ancaman-ancaman modernisasi (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 13). Asal mulanya pertunjukan ketoprak menyajikan keakraban akan kejujuran dan keaslian sebuah seni yaitu tanpa maksud-maksud komersial. Selama masa kependudukan Jepang di Jawa (1942-1945) sandiwara ketoprak ternyata dapat dengan sukses dimanfaatkan oleh rezim militer pada waktu itu sebagai sebagian alat propaganda perang (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 29-31)
Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Ketoprak merupakan kesenian rakyat Jawa Tengah, namun juga bisa ditemukan di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Asal mula ketoprak ini terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil diiringi irama lesung pada saat bulan purnama. Namun kebiasaan tersebut kini menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional kuno. Alat musik yang digunakan pada awalnya hanya lesung namun dalam perkembangannya disertai pula dengan seruling, terbang, gendang, gong dan beberapa tembang jawa. Ketoprak jawa yang masih menggunakan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan mulai diubah instrumennya menjadi lebih lengkap pada tahun 1900an.
C.    Dampak Globalisasi terhadap Eksistensi Ketoprak di Solo
Salah satu dampak globalisasi yaitu di bidang kebudayaan. Seperti yang telah kita ketahui sisi negatif globalisasi di bidang kebudayaan adalah masuknya nilai-nilai budaya akan menghilangkan nilai-nilai budaya tradisional suatu bangsa. Di Solo, terdapat beberapa kesenian yang masih terdengar jelas gaungnya, seperti tarian bedoyo. Namun dewasa ini ditengah kemajuan arus informasi yang memunculkan budaya pop modern, keberadaan budaya tradisi ini semakin terhimpit. Efeknya bukan saja pada penurunan jumlah penonton semata namun juga merambah pada regenerasi pemain ketoprak.
Berdasarkan penuturan Ronggo Sukardi pimpinan Ketoprak Balekambang, hingga sejauh ini pihaknya hanya bisa melakukan regenerasi dengan melakukan perekrutan anak-anak para pemain ketoprak. “Sejauh ini regenerasi hanya diambil dari anak-anak para pemain ketoprak. Sangat sedikit masyarakat awam maupun para lulusan sekolah seni yang mau bergabung dalam ketoprak ini,” paparnya.
Selain soal regenerasi, masalah jadwal pentas juga menjadi permasalahan. Ia menyampaikan bahwa minimnya jadwal pentas yang hanya digelar selama 2 minggu sekali dirasa memberatkan. “Kita hanya diberi jadwal dari pemerintah satu kali manggung setiap dua minggu. Padahal kami mempunyai banyak pemain dan harus menggaji mereka, tentu saja dari aspek ekonomi ini sangat memberatkan,” jelasnya.
“Setiap pementasan kita harus menyewa gamelan dan pemainnya. Padahal kadang kala jumlah penonton sangat sedikit alhasil sering mengeluarkan uang pribadi untuk nalangi biaya sewa gamelan dan pemainnya,” ujarnya.
Setiap pementasan kita selalu mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 1 juta rupiah, namun ongkos produksi jauh melebihi angka tersebut. Jadi, harapan tebesar kita hanyalah dengan mengandalkan banyak penonton yang datang, lanjutnya.
Untuk setiap penampilan, pemain Ketoprak Balekambang dibayar antara 25 ribu hingga 60 ribu. Besaran nilai itu berdasarkan kualitas dan senioritas pemain yang ada.
Jadi, dampak globablisasi terhadap ketoprak di Solo dapat disimpulkan bahwa eksistensinya menurun ketika berada di arus globalisasi sekarang ini.

  1. Problema Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisipasi

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Solo yaitu, grebeg sudiro, tinggalan dalem jumenengan, sekaten, kirab 1 suro, dan lain-lain disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik pemerintah sehingga menguntungkan antar pemerintah dan masyarakat setempat. Akan tetapi, ada salah satu yang terlupakan yaitu ketoprak balekambang yang tengah meredup eksistensinya dibandingkan dengan masa lalu saat kesenian ketoprak belum tergerus oleh perkembangan globalisasi. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Oleh karena itu, pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Pemerintah harus memberikan anggaran dana bantuan yang mencukupi. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya.

Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik, dan sebagainya. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat.

Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja

 

 

 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Globalisasi sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) yang menyangkut segala aspek kehidupan disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perkembangannya, globalisasi memilki dampak positif dan negatif. Salah satu sisi negatif globalisasi di bidang budaya yaitu masuknya budaya luar yang lambat laun memudarkan nilai-nilai budaya lokal. Contohnya di Solo, globalisasi menurunkan eksistensi ketoprak. Walaupun di sisi lain, hal ini memicu untuk kemajuan ketoprak agar tidak punah di zaman sekarang. Pemerintah Solo telah menjadi fasilitator dan motivator pendukung peningkatan eksistensi ketoprak itu sendiri.

B.     Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan, yaitu:
  1. Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa;
  2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya;
  3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya;
  4. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.  

  5. DAFTAR PUSTAKA

    Winarno dkk. 2010. Ilmu Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: UNS Press.
    . “Globalisasi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses tanggal 13 Mei 2011)
    . “Ketoprak”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ketoprak (diakses tanggal 13 Mei 2011)
    Jamli, Edison dkk. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Akasara.
    Bottom of Form
    Sulistiyanto, Fajar. 2010. Pengaruh Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia. http://fajarsulis.wordpress.com/2010/04/21/pengaruh-dampak-globalisasi-terhadap-kebudayaan-indonesia/ (diakses tanggal 13 Mei 2011)
    Ajiningtyas, Susie Galih. 2009. Nasib Kesenian Ketoprak. http://dercindyreichmann.blogspot.com/2009/06/nasib-kesenian-ketoprak.html (diakses tanggal 13 Mei 2011)
    Mohammad. 2010. Ketoprak, Kesenian Tradisional yang Mulai redup. http://mohammadtakdirilahi.blogspot.com/2010/05/ketoprak-kesenian-tradisional-yang.html (diakses tanggal 13 Mei 2011)
    Sutyastomo, Yunanto. 2008. Ketoprak Balekambang setelah Revitalisasi.  http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/05/06/12141/Ketoprak.Balekambang.setelah.Revitalisasi (diakses tanggal 13 mei 2011)

     

0 komentar:

Posting Komentar