BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era
globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara bisa dikatakan
sudah mulai mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju memang harapan semua
masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut.
Mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, bahkan budaya
sekalipun, itu semua karena pengaruh dari globalisasi.
Akibat dari pengaruh globalisasi
tersebut banyak dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan. Dampak positif
dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan sendiri, yaitu teknologi yang
semakin canggih, kemajuan alat transportasi dan ilmu pengetahuan lebih
luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi ini,
banyak budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya
tersebut, banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya
tradisionalnya. Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya
barat itu lebih modern dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam
melestarikan budaya tradisional menurun.
Itu semua menyebabkan keberadaan
budaya tradisional di negara kita mulai memprihatinkan. Dahulu, budaya
tradisional di negara kita tak terhitung jumlahnya karena begitu banyak ragamnya,
mulai dari tarian tradisional, bahasa tradisional, alat musik tradisional, dan
masih banyak lagi. Contohnya saja di daerah Solo yang masih ada
keraton peninggalan zaman kerajaan dahulu, terdapat budaya ketoprak, salah
satunya ketoprak di balekambang. Akan tetapi, sekarang budaya tradisional di negara kita
sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Jarang sekali sekarang kita temui ada
anak muda yang mau untuk memperhatikan kebudayaan tradisional negaranya, itu
semua karena anggapan mereka tentang kebudayaan tradisional salah. Sehingga
mereka malu untuk mengakui jika kebudayaan tadisional adalah kebuadayaan
mereka.
Apabila pemikiran para generasi muda
tidak pulih kembali untuk mencintai budaya tradisionalnya, cepat atau lambat
pasti kebudayaan kita akan jauh lebih terkikis. Oleh karenanya, sebelum itu
semua terjadi, kita sebagai para generasi muda harus berani memperjuangkan
kembali kebudayaan tradisional yang sudah nenek moyang kita wariskan kepada
kita.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
dampak perkembangan globalisasi terhadap kesenian ketoprak di Solo?
2.
Bagaimana
cara mengantisipasi pengaruh globalisasi terhadap budaya, seperti ketoprak di
Solo?
C. Tujuan
1.
Untuk
mendeskripsikan bagaimana dampak perkembangan globalisasi terhadap kesenian
ketoprak di Solo.
2.
Untuk
mendeskripsikan bagaimana cara mengantisipasi pengaruh globalisasi terhadap
budaya, seperti ketoprak di Solo.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sekilas
tentang Globalisasi
1. Definisi
Global dan Globalisasi
Kata global berarti
universal atau internasional. Global artinya sejagat. Jadi, globalisasi
maksudnya adalah universalisasi atau internasionalisasi. Globalisasi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia. Ada
beberapa pengertian globalisasi, yaitu:
a. Globalisasi
merupakan proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.
b. Globalisasi
didefinisikan sebagai “proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia
menjadi sebuah kelompok masyarakat global.”
c. Globalisasi
pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam
teknologi komunikasi, transformasi, dan informasi yang bisa
membawabagian-bagian dunia yang jauh dapat dijangkau dengan mudah. Kini dunia
ini seolah-olah tanpa memiliki batas-batas wilayah yang jelas.
d. Era
globalisasi merupakan era teknologi informasi dan telekomunikasi, yang tidak
ada batas lagi ruang dan waktu antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya.
Demikian pula, majunya teknologi transportasi menyebabkan mobilitas manusia
yang tinggi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Globalisasi dalam arti
literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di
antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan
perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi
pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi sebagai sebuah
perubahan sosial sebenarnya telah berlangsung lama. Masyarakat senantiasa
mengalami perubahan dan perkembangan ke arah kemajuan. Perkembangan dan
perubahan itu terutama disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Konsep globalisasi dapat
dilihat sebagai deskripsi dan preskripsi (Kalidjernih, 2008). Dikatakan bahwa
sebagai deskripsi, “refers to the
widening and deepening of the international flows of trade, capital,
technology, and information within a single integrated global market”.
Sedangkan sebagai preskripsi, “involves the liberalization of national and
global markets in the belief that free flows of trade, capital and information
will produce the best outcome for growth and human welfare”. Logde dan
Machmud (2008) menyatakan globalisasi sebagai suatu proses yang menempatkan
masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling berhubungan
dalam satu aspek kehidupan baik dalam budaya, ekonomi, politik, tekhnologi,
maupun lingkungan. Sedangkan dalam kamus
Wikipedia, globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
2. Isu-Isu
Global dan Dampak Globalisasi
Menurut Malcolm Waters
(1995) ada tiga dimensi utama globalisasi yaitu economics globalization, political globalization, dan cultural
globalization.
a. Globalisasi
di bidang ekonomi
Dalam bidang
ekonomi ada tuntutan dunia yang berupa perdagangan internasional tanpa hambatan
batas-batas negara (eksport dan import ).
Menurut
Tantri Abeng perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi meliputi :
Globalisasi
produksi
Globalisasi
pembiayaan
Globalisasi
tenaga kerja
Globalisasi
jaringan informasi
Globalisasi
perdagangan
Issu
mengenai globalisasi dibidang ekonomi ini semakin marak setelah disetujui dan
di tandatangani kesepakatan GATT-Putaran Uruguay oleh 122 negara anggota di
Marakesh.
b.
Globalisasi di bidang
politik
Globalisasi di bidang
politik telah mempengaruhi dalam hal pengaturan konsentrasi dan kekuasaan
negara. Di era global ini, globalisasi di bidang politik telah memunculkan
isu-isu global seperti demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup dan masalah
kemanusiaan. Disamping itu, isu-isu politik global semakin bertambah, antara
lain: masalah gender dan kesetaraan, masalah anak dan pekerja anak, dan
terorisme internasional.
c. Globalisasi
di bidang budaya
Globalisasi merupakan
sebuah proses kebudayaan, dimana ada kecenderungan wilayah-wilayah di dunia
menjadi satu format dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini ditandai terjadinya
perubahan sistem nilai sosial budaya dalam negara berkembang. Isu global yang
muncul akibat globalisasi di bidang budaya, misalnya:
Modernitas
yang menghasilkan gaya hidup global yang kurang lebih bersifat sama.
Konsumerisme
melalui bentuk-bentuk instant yang sifatnya “siap saji”.
Kebebasan
berekspresi baik melalui seni dan penampilan dalam perilaku.
Gaya
hidup materialisme.
Munculnya
orang kaya baru (OKB).
Globalisasi memiliki
dampak positif dan negatif, yaitu:
a. Dampak
positif globalisasi
Kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi mempermudah manusia berinteraksi;
Kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi mempercepat manuasia untuk berhubungan dengan manusia
lain;
Kemajuan teknologi
komunikasi, informasi, dan transportasi meningkatkan efisiensi.
b. Dampak
negatif globalisasi
Masuknya nilai budaya
luar akan menghilangkan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan identitas suatu
bangsa.
Eksploitasi alam dan
sumber daya lain akan memuncak karena kebutuhan semakin besar.
Dalam bidang ekonomi,
berkembang nilai-nilai konsulmerisme dan individual yang menggeser nilai-nilai
sosial masyarakat.
Terjadi dehumanisasi, yaitu derajat manusia
nantinya tidak dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin
berteknologi tinggi.
B.
Perkembangan
Ketoprak
1. Definisi
Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak)
adalah sejenis seni
pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah
pentasan ketoprak, sandiwara
yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan. Ketoprak
adalah seni pertunjukan rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya (Dr.
Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi
dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
2. Sejarah
Ketoprak
Kesenian ketoprak berkembang
mendekati kesenian wayang yang selama ini mempengaruhi kebudayaan masa di
Indonesia (Dr. Budi Santoso, S.J., 1997, 11). Hatley, seorang sarjana
Australia yang baru-baru ini meneliti tentang ketoprak telah menulis bahwa
sejak awal berdirinya ketoprak adalah sebuah hiburan populer dari wong cilik
yang sedang berhadapan dengan ancaman-ancaman modernisasi (Dr. Budi Santoso,
S.J., 1997, 13). Asal mulanya
pertunjukan ketoprak menyajikan keakraban akan kejujuran dan keaslian sebuah
seni yaitu tanpa maksud-maksud komersial. Selama masa kependudukan Jepang di
Jawa (1942-1945) sandiwara ketoprak ternyata dapat dengan sukses dimanfaatkan
oleh rezim militer pada waktu itu sebagai sebagian alat propaganda perang (Dr.
Budi Santoso, S.J., 1997, 29-31)
Ketoprak adalah seni pertunjukan
rakyat yang populer di kalangan masyarakat dan budaya (Dr. Budi Santoso,
S.J., 1997, 11). Ketoprak merupakan kesenian rakyat Jawa Tengah, namun juga
bisa ditemukan di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Asal mula ketoprak
ini terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil
diiringi irama lesung pada saat bulan purnama. Namun kebiasaan tersebut kini
menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional kuno. Alat
musik yang digunakan pada awalnya hanya lesung namun dalam perkembangannya
disertai pula dengan seruling, terbang, gendang, gong dan beberapa tembang jawa.
Ketoprak jawa yang masih menggunakan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan
mulai diubah instrumennya menjadi lebih lengkap pada tahun 1900an.
C.
Dampak
Globalisasi terhadap Eksistensi Ketoprak di Solo
Salah
satu dampak globalisasi yaitu di bidang kebudayaan. Seperti yang telah kita
ketahui sisi negatif globalisasi di bidang kebudayaan adalah masuknya
nilai-nilai budaya akan menghilangkan nilai-nilai budaya tradisional suatu
bangsa. Di Solo, terdapat beberapa kesenian yang masih terdengar jelas
gaungnya, seperti tarian bedoyo. Namun dewasa ini ditengah kemajuan
arus informasi yang memunculkan budaya pop modern, keberadaan budaya tradisi
ini semakin terhimpit. Efeknya bukan saja pada penurunan jumlah penonton semata
namun juga merambah pada regenerasi pemain ketoprak.
Berdasarkan penuturan Ronggo Sukardi pimpinan Ketoprak
Balekambang, hingga sejauh ini pihaknya hanya bisa melakukan regenerasi dengan
melakukan perekrutan anak-anak para pemain ketoprak. “Sejauh ini regenerasi
hanya diambil dari anak-anak para pemain ketoprak. Sangat sedikit masyarakat
awam maupun para lulusan sekolah seni yang mau bergabung dalam ketoprak ini,”
paparnya.
Selain soal regenerasi, masalah jadwal pentas juga
menjadi permasalahan. Ia menyampaikan bahwa minimnya jadwal pentas yang hanya
digelar selama 2 minggu sekali dirasa memberatkan. “Kita hanya diberi jadwal
dari pemerintah satu kali manggung setiap dua minggu. Padahal kami mempunyai
banyak pemain dan harus menggaji mereka, tentu saja dari aspek ekonomi ini
sangat memberatkan,” jelasnya.
“Setiap pementasan kita harus menyewa gamelan dan
pemainnya. Padahal kadang kala jumlah penonton sangat sedikit alhasil sering
mengeluarkan uang pribadi untuk nalangi biaya sewa gamelan dan
pemainnya,” ujarnya.
Setiap pementasan kita selalu mendapatkan subsidi dari
pemerintah sebesar 1 juta rupiah, namun ongkos produksi jauh melebihi angka
tersebut. Jadi, harapan tebesar kita hanyalah dengan mengandalkan banyak
penonton yang datang, lanjutnya.
Untuk setiap penampilan, pemain Ketoprak Balekambang
dibayar antara 25 ribu hingga 60 ribu. Besaran nilai itu berdasarkan kualitas
dan senioritas pemain yang ada.
Jadi, dampak globablisasi terhadap ketoprak di Solo
dapat disimpulkan bahwa eksistensinya menurun ketika berada di arus globalisasi
sekarang ini.
- Problema Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisipasi
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Solo yaitu, grebeg sudiro, tinggalan dalem jumenengan, sekaten, kirab 1 suro, dan lain-lain disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik pemerintah sehingga menguntungkan antar pemerintah dan masyarakat setempat. Akan tetapi, ada salah satu yang terlupakan yaitu ketoprak balekambang yang tengah meredup eksistensinya dibandingkan dengan masa lalu saat kesenian ketoprak belum tergerus oleh perkembangan globalisasi. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Oleh karena itu, pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Pemerintah harus memberikan anggaran dana bantuan yang mencukupi. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik, dan sebagainya. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat.
Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Globalisasi
sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) yang menyangkut segala aspek
kehidupan disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam perkembangannya, globalisasi memilki dampak positif dan negatif. Salah
satu sisi negatif globalisasi di bidang budaya yaitu masuknya budaya luar yang
lambat laun memudarkan nilai-nilai budaya lokal. Contohnya di Solo, globalisasi
menurunkan eksistensi ketoprak. Walaupun di sisi lain, hal ini memicu untuk
kemajuan ketoprak agar tidak punah di zaman sekarang. Pemerintah Solo telah
menjadi fasilitator dan motivator pendukung peningkatan eksistensi ketoprak itu
sendiri.
B.
Saran
Dari hasil pembahasan
diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran
kebudayaan, yaitu:
- Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa;
- Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya;
- Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya;
- Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
-
DAFTAR PUSTAKAWinarno dkk. 2010. Ilmu Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: UNS Press.Jamli, Edison dkk. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Akasara.Sulistiyanto, Fajar. 2010. Pengaruh Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia. http://fajarsulis.wordpress.com/2010/04/21/pengaruh-dampak-globalisasi-terhadap-kebudayaan-indonesia/ (diakses tanggal 13 Mei 2011)Ajiningtyas, Susie Galih. 2009. Nasib Kesenian Ketoprak. http://dercindyreichmann.blogspot.com/2009/06/nasib-kesenian-ketoprak.html (diakses tanggal 13 Mei 2011)Mohammad. 2010. Ketoprak, Kesenian Tradisional yang Mulai redup. http://mohammadtakdirilahi.blogspot.com/2010/05/ketoprak-kesenian-tradisional-yang.html (diakses tanggal 13 Mei 2011)Sutyastomo, Yunanto. 2008. Ketoprak Balekambang setelah Revitalisasi. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/05/06/12141/Ketoprak.Balekambang.setelah.Revitalisasi (diakses tanggal 13 mei 2011)
0 komentar:
Posting Komentar